Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Ikut Rapat Wali Murid Sekolah Luar Biasa (SLB)

 Aku tidak ingat tepatnya kapan, dulu aku pernah mewakili bibiku untuk menghadiri rapat orang tua murid di sekolah anaknya. Bibiku tidak bisa hadir karena harus mengurus sawah, aku lupa juga waktu itu menanam apa. Cabe atau bawang merah, ya? Atau matun*, ya? hehehe Terdenger biasa saja bukan? Sebenarnya tidak biasa, karena sepupuku sekolah di sekolah luar biasa (SLB). Sekolahnya anak-anak berkebutuhan khusus. Sepupuku, perempuan berusia dua tahun di atasku. Tapi karena berkebutuhan khusus, tepatnya keterbelakangan mental, jadi dia saat itu masih kelas 2 SMP LB. Yang sekolah di sana juga rata-rata kelas menengah ke bawah. Waktu itu pertama kalinya aku membaur di SLB itu. Biasanya aku hanya sampai di depan gerbang saat mengantarkan sepupuku sekolah. SLB itu juga tidak besar dan "maju". Satu sekolah itu diisi tak lebih dari 30 siswa dari kelas SD sampai SMP. Rapat kalau itu mengumpulkan semua orang tua atau wali murid, karena akan diadakan field trib. wkwkwk ku pakai bahasa yang

Sedikit Cerita Pernah Jadi Anggota Pasukan Pengibar Bendera

Masih dalam suasana peringatan kemerdekaan.Tadi sore sempat melihat tweet seorang mbak-mbak yang suka sama upacara dan ngata-ngatain  paskibraka.  Tentu banyak yang pro banyak juga yang kontra. Tentu, mereka yang pro menurutku punya satu pandangan dan kesimpulan yang sama yaitu paskibraka tidak lebih dari baris-berbaris dan tidak berfaedah.  Makanya ada yang sensi juga sama "Anak Paskib" atau mereka ambil ekskul baris-berbaris. Aku tidak mau bahas lebih lanjut atau mengutarakan pendapatku tentang perdebatan itu, sih . Cuitan nitijen di "forum" itu, mengingatkanku dengan masa-masa latihan capas kabupaten delapan tahun lalu. Kenapa disebut capas? Capas adalah singkayan dari calon paskibraka. Berdasarkan penjelasan pembinaku dulu yang beliau adalah salah satu petinggi di polres, selama masa pelatihan title kami adalah capas.  Meskipun secara administrasi dan legal (ceilah, eh ada SK lho), title paskibraka hanya kami rasakan tak lebih dari 48 jam.  Capas (jumlahnya te

Kangen Jambu

Sudah dua kali dalam minggu ini aku membeli buah jambu biji untuk mengobati rasa kangenku pada buah ini. Sejak merantau sejak akhir 2019, pertama kalinya kau makan buah ini. Minggu lalu awalnya hanya iseng memilih jambu. Sekedar menambah variasi stok buah di kos. Akhisnya ketagihan. Hanya buah jambu biji potong, sih. Supaya cepat habis kumakan. Kalau beli banyak-banyak, aku takut keburu busuk, karena di kos tidak ada kulkas. Rasanya tidak begitu manis, meskipun itu jambu premium yang sudah dikembangkan menjadi jambu tanpa biji. Dulu waktu masih di kampung, aku tidak perlu beli jika ingin memakan jambu. Aku tinggal memetik langsung dari pohonnya, walau tidak selalu ada sih. Jambu biji itu musiman. Tapi buah itu tidak menjadi buah "eksklusif" di lingkunganku. Apalagi di samping rumah, ada beberapa pohon jambu -milik tetangga- yang subur. Tiap musim jambu, pohon itu selalu berbuah dan rasanya aku selalu menjadi orang pertama yang memanennya.  Bisa disebuh aku nyolong juga. Tapi