Postingan

Membahagiakan Yang Masih Ada (Hidup)

 Ada sebuah cerita, seorang ayah yang kesehariannya dengan istri, anak, cucu, mantu, dan anggota keluarga lainnya... meninggal dunia. Tak hanya keluarga, banyak orang di sekitarnya juga merasa sangat kehilangan atas kepergiannya. Tak ada lagi sosok yang murah senyum saat berjumpa/ berpapasan, tegur sapa saat bertemu di jalan, atau guyonan-guyonan khas bapack-bapack. Meski dari cerita sang anak dan istri, si bapak cukup tegas kalau di rumah. Menegur jika menemui suatu hal yang menurutnya kurang benar, atau marah jika ada sesuatu yang salah. Kepergian bapak yang cukup mendadak, karena awalnya bapak hanya sakit demam "biasa". Tapi tidak ada yang tahu maut kapan menjemput dan seperti apa Tuhan berkehendak, bukan? Sang ibu tentu terguncang. Ada bagian dari jiwa dan raganya yang hilang separuh. Rasanya timpang, pincang. Tapi bagaimanapun beliau harus menerima, meneruskan kehidupan, dan tetap bisa bahagia bersama cucu-cucu tercinta. Sebagai anak-anak yang sangat sayang dengan kedua

Ikut Rapat Wali Murid Sekolah Luar Biasa (SLB)

 Aku tidak ingat tepatnya kapan, dulu aku pernah mewakili bibiku untuk menghadiri rapat orang tua murid di sekolah anaknya. Bibiku tidak bisa hadir karena harus mengurus sawah, aku lupa juga waktu itu menanam apa. Cabe atau bawang merah, ya? Atau matun*, ya? hehehe Terdenger biasa saja bukan? Sebenarnya tidak biasa, karena sepupuku sekolah di sekolah luar biasa (SLB). Sekolahnya anak-anak berkebutuhan khusus. Sepupuku, perempuan berusia dua tahun di atasku. Tapi karena berkebutuhan khusus, tepatnya keterbelakangan mental, jadi dia saat itu masih kelas 2 SMP LB. Yang sekolah di sana juga rata-rata kelas menengah ke bawah. Waktu itu pertama kalinya aku membaur di SLB itu. Biasanya aku hanya sampai di depan gerbang saat mengantarkan sepupuku sekolah. SLB itu juga tidak besar dan "maju". Satu sekolah itu diisi tak lebih dari 30 siswa dari kelas SD sampai SMP. Rapat kalau itu mengumpulkan semua orang tua atau wali murid, karena akan diadakan field trib. wkwkwk ku pakai bahasa yang

Sedikit Cerita Pernah Jadi Anggota Pasukan Pengibar Bendera

Masih dalam suasana peringatan kemerdekaan.Tadi sore sempat melihat tweet seorang mbak-mbak yang suka sama upacara dan ngata-ngatain  paskibraka.  Tentu banyak yang pro banyak juga yang kontra. Tentu, mereka yang pro menurutku punya satu pandangan dan kesimpulan yang sama yaitu paskibraka tidak lebih dari baris-berbaris dan tidak berfaedah.  Makanya ada yang sensi juga sama "Anak Paskib" atau mereka ambil ekskul baris-berbaris. Aku tidak mau bahas lebih lanjut atau mengutarakan pendapatku tentang perdebatan itu, sih . Cuitan nitijen di "forum" itu, mengingatkanku dengan masa-masa latihan capas kabupaten delapan tahun lalu. Kenapa disebut capas? Capas adalah singkayan dari calon paskibraka. Berdasarkan penjelasan pembinaku dulu yang beliau adalah salah satu petinggi di polres, selama masa pelatihan title kami adalah capas.  Meskipun secara administrasi dan legal (ceilah, eh ada SK lho), title paskibraka hanya kami rasakan tak lebih dari 48 jam.  Capas (jumlahnya te

Kangen Jambu

Sudah dua kali dalam minggu ini aku membeli buah jambu biji untuk mengobati rasa kangenku pada buah ini. Sejak merantau sejak akhir 2019, pertama kalinya kau makan buah ini. Minggu lalu awalnya hanya iseng memilih jambu. Sekedar menambah variasi stok buah di kos. Akhisnya ketagihan. Hanya buah jambu biji potong, sih. Supaya cepat habis kumakan. Kalau beli banyak-banyak, aku takut keburu busuk, karena di kos tidak ada kulkas. Rasanya tidak begitu manis, meskipun itu jambu premium yang sudah dikembangkan menjadi jambu tanpa biji. Dulu waktu masih di kampung, aku tidak perlu beli jika ingin memakan jambu. Aku tinggal memetik langsung dari pohonnya, walau tidak selalu ada sih. Jambu biji itu musiman. Tapi buah itu tidak menjadi buah "eksklusif" di lingkunganku. Apalagi di samping rumah, ada beberapa pohon jambu -milik tetangga- yang subur. Tiap musim jambu, pohon itu selalu berbuah dan rasanya aku selalu menjadi orang pertama yang memanennya.  Bisa disebuh aku nyolong juga. Tapi

Apakah Mereka Malaikat?

Dua tahun lalu, waktu ambil data untuk skripsi, aku pilih metode wawancara indepth . Aku harus menemui narasumberku langsung di Jakarta agar wawancaranya bisa berjalan lebih nyaman dan aku bisa menggali informasi yang kubutuhkan secara lebih dalam.  Sebagai informasi, para narasumberku adalah wartawan di salah satu media nasional dan kebetulan tempat magangku. Jadi, bisa lebih memudahkanku mengenai perizinan.  Dari awal pembuatan skripsi, entah kenapa aku tidak ragu sedikitpun jika harus harus mengambil data ke luar kota. Apalagi Jakarta yang jaraknya ratusan kilometer dari Jogja. Satu hal yang harus menjadi pertimbangan bagiku dulu adalah perkara ongkos.  Bagi mahasiswa kelas bawah secara perduitan sepertiku, harusnya itu menjadi masalah besar. Jika bisa ambil data tanpa mengeluarkan ongkos, kenapa tidak dilakukan? Beberapa temanku juga ada tidak mau ribet-ribet ambil data, yang penting datanya sesuai kebutuhan. Pasti skripsi bisa selesai. Tapi entah kenapa, waktu itu aku sebegitu ya

Seperti Ompol dan Susu Putih

 Dulu waktu kecil, aku punya pengalaman kencanduan pada beberapa hal yang bisa berhenti total sampai sekarang. Dua sih, yang sampai sekarang ku ingat dan kupikir-pikir lucu juga. Pertama, waktu balita rasanya hobi ngompol. Sering ngompol tiap malam bahkan sampai membuat tikar jebol.  Suatu pagi, setelah bangun tidur. Masih di atas kasur, aku dengan pedenya bablas pipis di atas dipan. Saat itu juga waktu cairan ompoludah rembes di tikar, aku ke-gep Mbah Kakung. Sontak aku terdiam. Tidak berani bersuara, karena Mbak Kakung ekspresinya udah keras. Plus sedikit melotot. Terlalu malu, sejak saat itu aku sudah tidak mengompol lagi. Kedua, dari bayi sampai TK aku minum susu formula bermerk SGM menggunakan dot. Menurutku saat itu, minum susu pakai adalah kemanteban yang hakiki. Cukup boros susu juga. Sekotak susu SGM bubuk ukuran besar (lupa ukuran berapa, yang penting besar)  bisa habis dalam seminggu. Waktu masuk SD, mulai malu minum susu pakai dot. Sampai akhirnya bertekad minum susu pakai

I Wanna Grow Old With You

Gambar
  ilustrasi - Carl & Ellie |  https://cgsociety.org/ | by Miriam Raya   Bisa dibilang, aku bukan penggemar grup musik legendaris "Westlife".  Penggemarnya banyak, lagu-lagunya tak perlu diragukan lagi kadar keromantisasnnya. Bahkan kadar ketampanan para personil tidak luntur sejak tahun 1998. Sempat sekitar tujuh tahun lalu, aku menggandrungi beberapa lagu Westlife. Itu pun lagu-lagu yang memang sudah hits. Termasuk lagu "Beautiful In White". Lagu yang indah. Tapi tidak membuatku ingin cepat nikah juga. Lalu dipertengahan 2020. Ketika pandemi COVID-19 di Indonesia semakin mengganas, kantor memutuskan kebijakan untuk WFH full selama hampir 3 bulan. Aku jadi sering streaming-an lagu lewat YouTube. Lalu ditengah kerandoman playlist-ku, muncul rekomendasi lagu "I Wanna Grow Old With You"-nya Westlife, di mana di dalamnya adalah cuplikan kisah romantid Carl dan Ellie.       Ini link-nya  https://www.youtube.com/watch?v=0LHmevWVvpc  Aku tidak banyak komentar