Andorra, Petunjukkan Teater Pertama yang Aku Saksikan
Sumber: Seluruh pemain dan kru teater Andorra, usai pementasan | dokumentasi pribadi
Aku ingin bercerita... bukan tentang Kartini atau Hari Kartini, mengingat hari ini tanggal 21 April. Tetapi tentang mengenai kesanku saat menonton pertunjukkan teater untuk pertama
kalinya di Gedung Petunjukkan UNY.
Mendekati
waktu terakhir aku kuliah di UNY, baru kali ini aku menonton teater. Sudah bepa
puluh pertunjukkan yang ada, aku yakin. Mengingat di fakultas tetangga, FBS,
(Fakultas Bahasa dan Seni) akrab sekali dengan perhelatan seni macam itu.
Aku
juga baru tahu, kalau disana, bakat seni mereka ternyata benar-benar
direalisasikan. Bahkan melalui mata kuliah.
Salah
tiga temanku merupaan mahasiswa tingkat akhir Pendidikan Bahasa Jerman.
Rupanya, mereka tak sekedar belajar bahasa jerman untuk menunjang mereka
menjadi pengajar bahasa jerman. (Jurusan dengan title “pendidikan” memang
dipersiapan oleh UNYuntuk menjadi tenaga pengajar setelah lulus).
Dalam
mata kuliah itu, tugas akhir mereka berupa pertunjukkan teater.
Andorra.
Nama
pertunjukkan yang ku saksikan kemarin, sabtu malam, tanggal 20 April 2019.
Reaksiku
sebagai orang awam, pertunjukkan itu bisa berjalan dengan keren. Mulai dari
tata panggung, properti, wardrobe, musik pengiring, akting para pemain, lighting man, hingga make up. Aku
menilainya bisa sangat menunjang jalan cerita, sehingga nampak “hidup”.
Kemampuan
pemain dalam bermain peran, menurutku patut diacungi double jempol. Bisa juga standing
ovation. Untuk ukuran mahasiswa calon guru, mereka sangat keren. Terlihat
terlatih dan luwes dalam mendalami peran. Tidak terlihat kikuk, canggung,
amatir, atau bahkan gugup. Sejauh yang ku lihat kemarin, mereka... keren.
Dari
segi naskah juga keren. Meski sederhana, namun tak membuat pertunjukkan itu
terlihat receh.
Sinopsis
singkatnya... berkisah seorang pemuda bernama Andri yang tinggal di sebuah
negeri bernama Andorra. Tapi di Andorra Andri tidak merasakan yang namanya
hidup dengan nyaman. Hampir seluruh penduduk negeri memandangnya aneh dan...
rendah. Padahal Andorra sendiri terkenal dengan negeri yang ramah.
Rupanya...
semakin peruntujukkan berjalan, ditunjukkan bahwa meski ramah, Andorra bisa
dikatakan lemah. Untuk urusan uang mereka bisa dikatakan pelit. Serta... mereka
sangat tidak menyukai Yahudi. Ironisnya, alasan Andri selalu berjalan menunduk
dan menghindari interaksi dengan penduduk adalah karena Andri seorang Yahudi.
Andri
bisa dikatakan menderita. Ternyata orang yang bertanggung jawab atas
penderitaannya itu adalah ayahnya sendiri. Selama 21 tahun, Andri mengenal ayah
kandungnya sebagai ayah angkatnya. Laki-laki yang telah menyelamatkan dirinya
waktu bayi dan yang mengenalkan kepada seluruh pelosok Andorra bahwa Andri
adalah seorang Yahudi.
Lalu,
muncul Senora... perempuan paruh baya dari bangsa kulit hitam. Dia membantu
Andri setelah Andri dianiaya oleh tentara Andorra. Hingga Senora bertemu dengan
ayah Andri. Pertemuan itu
Senora, yang ternyata adalah ibu kandung Andri,
melampiaskan kekecewaannya pada Ayah Andri.
Ayah
Andri terlalu pengecut untuk memberikan kesaksian tentang identitas Andri. Akhir
cerita, Andri dihukum mati karena dituduh telah membunuh Senora. Ya, Senora
tewas terbunuh oleh orang ta dikenal dan menjadikan Andri sebagai kambing
hitam. Itu karena Andri seorang Yahudi dan hingga akhirnya hayat Andri, sang
ayah sama sekali tidak mengungkapkan fakta kebenarannya.
Cukup
serius bukan, jalan ceritanya?
Bukan
main keseriusan mereka. Tak heran kenapa beberapa bulan sebelum ini, temanku
yang menjadi pemeran sekaligus manager produksi teater Andorra ini, sulit
sekali ditemui. Sibuk latihan dan segala macam... berakhir dengan sukses. Bisa
tidur sebelum tengah malam dia sekarang. Wk wk...
Tak
pernah kubayangkan ternyata untuk sebuah pertunjukkan teater, jika serius bisa
sampai seperti itu. Detail musik pengiring juga ternyata penting. Bukan sekedar
rekaman musik insrumen yang diputar oleh audio
man. Tetapi benar-benar melibatkan alat musik dan pamainnya. Tak lupa, penyanyinya.
Andorra
kemarin menggunakan iringan keyboards, gitar, bass, dan drum. Bukan orkestra,
tapi hasilnya bisa membuat Andorra terlihat “hidup”.
Selain
kemampuan bermain teater, aku pikir mahasiswa yang terlibat disana bisa
mendapatkan pengalaman sangat banyak. Jadi, mereka menjalani mata kuliah itu
bukan sekedar lulus dan mendapatkan nilai.
Ada
mengasah pengalaman managemen di sana. Bagaimana memiliki sensasi pengalaman
ketika menggelar sebuah petunjukkan teater. Perjuangan mereka mempersiapkan itu
semua, hingga mengatur jalannya acara terbayar lunas oleh kesuksesan Andorra.
Jika
mereka bisa mengadakan teater sebagus itu... aku tak membayangkan bagaimana
pertunjukkan teater yang lebih besar dari itu. Aku yakin, aku tak akan berhenti
terkesan dan terperangah ketika menyaksikannya.
Terima kasih Andorra, telah menjadi pertunjukkan teater pertama
yang ku saksikan.
Selamat
atas kesuksesannya!
Semoga
kalian semua yang terlibat mendapat banyak balasan yang setimpal atas kerja
keras kalian!
Jogja Selatan, 21 April 2019
Komentar
Posting Komentar