Hati-hati Dengan Makanan Pedas



sumber: freepik.com

Salah satu rasa makanan yang menjadi favorit masyarakat adalah pedas. Rasa khas yang biasanya berasal dari cabai itu memang bikin ketagihan, bagi sebagian orang. Tidak semua kalangan menyukai, lebih, tidak tahan dengan rasa yang terasa “membakar” mulut dan perut itu.

Terdapat riset yang menunjukkan bahwa rasa pedas memiliki dampak yang baik bagi tubuh. Dikutip dari laman Beritagar.id,  cabai mengandung senyawa seperti alkaloid, capsaicin yang memberikan rasa pedas yang kuat. Penelitian awal laboraturium menunjukkan bahwa capsaicin memiliki antibakteri, antiarsinogenik yang memiliki sifat analgesik dan antidiabetes. Hal ini juga dapat mengurangi kadar kolesterol HDL pada orang kegemukan.

Pada penelitian lainnya banyak menemukan manfaat dari rasa pedas ini. Namun, tetap harus bijaksana dalam mengonsumsinya. Apapun rasanya jika berlebihan, pasti berujung tidak baik. Sekalipun itu obat. Termasuk rasa pedas ini.

Beberapa hari yang lalu, saya menjenguk teman yang sedang dalam pemulihan setelah operasi usu buntu. Nah, banyak yang bilang juga nih. Bahwa satu dari penyebab usus buntu adalah kebanyakan makan pedas. Teman saya yang kebetulan penyuka makanan pedas pun sedikit tersentil. Dia pun menyeletuk, “Makanan yang enak apa, sih, kalau gak pedes?”

Seringnya, makanan pedas bisa disukai oleh banyak orang, karena perut mereka “tahan” dengan rasa itu. Mengingat hal yang paling dekat dengan dampak memakan makanan pedas adalah perut mulas dan diare. Maka dari itu, banyak orang menghindari makanan pedas. Level pedas setiap orang pun beda-beda. Menurut si A pedas, tetapi menurut si B gak pedes. Atau malah menurut si C sangat pedas. Beda-beda memang. Tergantung lidah masing-masing. Ketahanannya pun tergantung perut masing-masing.

Dikarenakan banyak masyarakat yang suka makanan pedas. Banyak pedagang makanan yang menjajakan makanan dengan level pedas mampus. Kuliner khas Jogja pun, oseng-oseng mercon, sangat terkenal dengan rasa pedasnya yang luar biasa. Lalu makanan kekikian seperti makaroni Ngehe dan Ayam Geprek dengan level pedas 1-tak terhingga sesuai pesanan konsumen.

Meski enak, secara medis, tetap perlu berhati-hati dan bijaksana dalam mengonsumsi makanan pedas. Makanan pedas dengan bumbu cabai jika dimakan terlalu berlebihan dapat menyebabkan rasa panas pada mulut, lidah,dan tenggorokan, dan iritasi lambung. Tak hanya isitasi lambung, usus kecil bisa terkena iritasi, sehingga pergerakan usus terganggu. Rasa pedas ternyata juga mengandung garam dan lemak yang tinggi, sehingga memicu iritasi tersebut.

Jika terlanjur parah, dapat menyebebkan luka pada lambung. Luka bisa terasa luar biasa sakit dan memicu sakit perut, mual, muntah, dan penururnan berat badan. Kenapa berat bada bisa menurun? Karena jika makan pedas terlalu sering, menyebabkan kehilangan nafsu makan.

Dampak yang lebih serius, senyawa kimia tertentu seperti aflatoksin yang ditemukan pada cabai dapat menyebabkan gastritis (peradangan selaput lendir pada lambung), kanker lambung, hati, dan usus. Makanan pedas memang memiliki dampak baik dan tidak baik. Oleh karena itu, perlu untuk bijak dalam mengonsumsinya. Tubuh masing-masing orang memiliki tingat tolerasansi yang berbeda pada rasa pedas.

Bagi teman-teman yang suka pedas, hati-hati jika ingin sahur dan berbuka dengan yang pedas-pedas. Ingat jika saat puasa ada saat dimana perut menahan asupan selama belasan jam. Jangan sampai puasa kita terganggu karena terkena dampak dari rasa pedas ini.  Menurut Lifehacker, salah satu tip jika teman-teman suka makan pedas. Makanlah secukupnya dan menyediakan pendingin seperti susu, yogurt, air kelapa atau air dengan perasan jeruh nipis

Jangan lupa unduh aplikasi Titipku dan Titipku Jatiper di playstore. Lalu, Ayo Menjelajah! Supaya UMKM asli Indonesia dapat lebih maju dan naik kelas!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Formasi Pie Susu Khas Bali Ternyata Blasteran Hongkong-Portugis

Meski Pahit, Mengkudu Ternyata Bisa Membantu Meningkatkan Stamina Tubuh

Kerajinan Pahat Batu Muntilan Cocok Menjadi Oleh-Oleh Anti Mainstream